BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dalam
kehidupan sehari-hari, manusia senantiasa mendapatkan stimulus, dan dituntut
selalu memberikan reaksi secepat mungkin. Untuk menguji subjek tentang
kecepatan untuk menentukan respon itu digunakanlah alat ini, Reactiontimes
apparatus merupakan alat untuk mengukur human reaction time, yaitu selang waktu
antara pemberian reaksi kepada seorang hingga ia memberikan respon. Terdapat 2
cara dalam pengukuran ini, yaitu :
a.
Simple reaction
Time stimulus yang menuntut repon mendadak, seperti
memencet tombol, menginjak pedal, dll. Selain gerak refleks, respon ini
membutuhkan proses pengolaan stimulus, pengambilan keputusan, dan tindakan
respon.
b.
Discriminate
reaction time tipe ini memunculkan sejumlah stimulus yang ditentukan. Aspek
terpenting pada discriminate reaction time ini adalah proses kognitif kecepatan
reaksi subjek terhadap stimulus diukur dengan menggunakan indikasi berupa
sinyal lampu merah dan hijau yang dapat dimunculkan secara acak. Disekeliling
sinyal lampu merah atau hijau diberi stimulus pengganggu berupa nada bising dan
lampu yang bisa dinyalakan dengan efek berputar cepat atau lambat baik searah
atau berlawanan arah jarum jam.
Dalam
kehidupan keseharian kita tentu sering menjumpai garis dan pengukurannya. Bagi
seorang yang bergelut di bidang pengukuran, presepsi tentang panjang garis
sangatlah penting, namun tak jarang persepsi tentang panjang garis Muller Lyer
ini sering menggelabui indera visual orang-orang Muller Lyer Apparatus
mempergerakkan ilusi klasik yaitu garis dengan arah anak panah kedalam dan
keluar. Dimana anak-anak panah yang arahnya kedalam seolah-olah akan membuat
garis lebih panjang dari pada anak panah yang keluar walaupun sebenarnya
panjang garisnya sama.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Pengertian tentang
Reaction?
2.
Jenis-jenis
Reaction?
3.
Bentuk latihan
Reaction?
4.
Manfaat Reaction?
5.
Tes Reaction?
C.
TUJUAN
1.
Untuk menjawab
secepat mungkin sesaat setelah mendapat suatu respon atau peristiwa dalam suatu
waktu
2.
Indera akan
mengubah informasi tersebut menjadi implus-implus saraf dengan bahasa yang
dipahami oleh otak
3.
Kemampuan seorang
atlet mereaksi munculnya rangsang
4.
Mengukur waktu
reaksi tangan dan kaki dengan rangsangan penglihatan dan pendengaran
5.
Mengukur waktu
reaksi tangan dengan rangsangan visual
D.
MANFAAT
1.
Mempercepat
perambatan rangsang ke otak
2.
Mampu menanggapi
rangsangan atau stimulus yang diberikan orang lain
3.
Meningkatkan reaksi
terhadap rangsangan pandang
4.
Meningkatkan reaksi
terhadap rangsangan pendengaran
5.
Meningkatkan reaksi
terhadap rangsangan rasa
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Definisi Reaksi (Reaction)
Reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak
secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang timbul lewat indera.
Menurut Treadwell (1991)
yang dikutip oleh Saifudin (1999: 1-11) kecepatan bukan hanya melibatkan
seluruh kecepatan tubuh, tetapi melibatkan waktu reaksi yang dilakukan oleh
seseorang pemain terhadap suatu stimulus. Kemampuan ini membuat jarak yang
lebih pendek untuk memindahkan tubuh. Kecepatan bukan hanya berarti
menggerakkan seluruh tubuh dengan cepat, akan tetapi dapat pula menggerakkan
anggota-anggota tubuh dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Dalam lari sprint
kecepatan larinya ditentukan oleh gerakan berturut-turut dari kaki yang
dilakukan secara cepat, kecepatan menendang bola ditentukan oleh singkat
tidaknya tungkai dalam menempuh jarak gerak tendang.
Kecepatan anggota tubuh
seperti lengan atau tungkai adalah penting pula guna memberikan akselerasi
kepada objek-objek eksternal seperti sepakbola, bola basket, tenis lapangan,
lempar cakram, bola voli, dan sebagainya. Kecepatan tergantung dari beberapa
faktor yang mempengaruhinya, yaitu strength, waktu reaksi, dan fleksibilitas
(Harsono 1988: 216). Untuk melakukan gerakan kecepatan adalah merupakan
hasil dari jarak per satuan waktu (m/dt), misalnya 100 km per jam atau 120
meter per detik.
Kecepatan mengacu pada
kecepatan gerakan dalam melakukan suatu keterampilan bukan hanya sekedar
kecepatan lari. Menggerakkan kaki dengan cepat merupakan keterampilan fisik
terpenting bagi pemain bertahan dan harus ditingkatkan kemampuan mengubah arah
pada saat teakhir merupakan hal yang terpenting lainnya. Kecepatan merupakan
salah satu dari komponen kondisi fisik. Menurut Mochamad Sajoto (1995: 9)
kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan kesinambungan
dalam waktu yang sesingkat- singkatnya.
Reaksi
adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menghadapi
rangsangan yang ditimbulkan lewat indera. Syaraf atau rasa lainnya. Status
kondisi fisik seseorang dapat diketahui dengan cara penilaian bentuk tes dan
kemapuan (M. Sajoto, 1995:10).
Reaksi
dapat dibedakan menjadi tiga macam tingkatan yaitu reaksi terhadap rangsangan
pandang, reaksi terhadap pendengaran dan reaksi terhadap rasa. Seorang pemain
sepak bola harus mempunyai reaksi yang baik, hal ini dimaksudkan agar pemain
mampu untuk bergerak dengan cepat dalam mengelolah bola. Biasanya reaksi sangat
dibutuhkan oleh seorang penjaga gawang untuk menhalau bola dari serangan lawan,
akan tetapi semua pemain dituntut juga harus mempunyai reaksi yang baik pula.
Sebelum
diterjunkan ke arena pertandingan, seorang pemain sudah berada dalam kondisi
dan tingkat kesegaran jasmani yang baik untuk menghadapi intensitas kerja dan
tekanan-tekanan yang akan timbul dalam pertandingan.
Proses
latihan kondisi dalam olahraga adalah suatu proses yang harus dilakukan dengan
hati-hati, dengan sabar dan penuh kewaspadaan terhadap atlet. Melalui latihan
yang berulang-ulang dilakukan, yang intensitas dan kompleksitasnya sedikit demi
sedikit bertambah, lama-kelamaan seorang pemain akan berubah menjadi seorang
pemain yang lincah, tearmpildan berhasil guna.
Setelah
pemain tingkat kondisi yang baik untuk menghadapi musim-musim berikutnya.
Latihan-latihan kondisi tersebut harus tetap dilanjutkan selama musim dekat
perlombaan, meskipun tidak seintensif seperti sebelumnya. Maksudnya adalah
tingkatan kondisi fisik dapat tetap dipertahankan selama musim-musim tersebut.
Faktor
yang mempengaruhi reaksi antara lain :
Ø
Kesiagaan
Ø
Kesiapan untuk melakukan gerakan
Ø
Usia
Ø
Kebiasaan
Ø
Gerak itu sendiri
Contoh
latihannya :
·
Menangkap bola tenis yang dilempar ke
kanan dan ke kiri oleh orang lain
·
Melaksanakan perintah melalui indera
pendengaran, contoh permainan perintah dengan peluit
·
Melaksanakan perintah melalui indera
penglihatan, contoh permainan membentuk kelompok.
2.
Jenis-Jenis
Reaction
a.
Kecepatan Reaksi
Kecepatan reaksi berasal dari kata
“kecepatan” dan “reaksi”. Kecepatan merupakan sejumlah gerakan per waktu.
Reaksi berarti kegiatan (aksi) yang timbul karena satu perintah atau suatu
peristiwa. Dari penjabaran tersebut, maka kecepatan reaksi adalah gerakan yang
dilakukan tubuh untuk menjawab secepat mungkin sesaat setelah mendapat suatu
respons atau peristiwa dalam satuan waktu.
Dalam banyak cabang olahraga,
kecepatan merupakan komponen fisik yang sangat penting. Kecepatan menjadi
faktor penentu di cabang-cabang olahraga., kecepatan merupakan hal yang sangat
dibutuhkan dalam suatu pertandingan. Dalam olahraga sepak takraw, kecepatan
adalah hal yang mutlak diperlukan terutama dalam melakukan servis, smash dan
block, seperti yang dikemukakan oleh Frank W. Dick, kecepatan dalam teori
kepelatihan berarti kemampuan menggerakkan anggota badan, kaki atau lengan atau
bagian statis pengumpil tubuh bahkan keseluruhan tubuh dengan kecepatan
terbesar yang mampu dilakukan.
Dalam aktivitas gerakan
sepaktakraw seperti smash kedeng, kecepatan tendangan merupakan hal yang sangat
diperlukan agar dengan segera bola yang ditendang mengarah ke daerah terseulit
pertahanan lawan. Kecepatan menurut Harsono, ialah kemampuan untuk melakukan
gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya. Secara kinesiologi, Dadang M. Mengemukakan bahwa
kecepatan sebagai perubahan posisi benda pada arahnya dalam satu satun waktu.
Menurut M. Sajoto, kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan
gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat
dikemukakan bahwa kecepatan adalah kemampuan untuk memindahkan atau merubah
posisi tubuh atau anggota tubuh dalam menempuh suatu jarak tertentu dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya dengan satuan waktu. Agar seseorang bereaksi dengan
cepat, kecepatan harus dirangsang gerak secepat mungkin. Kecepatan reaksi di
kemukakan oleh Claude Bouchard yang dalam terjemahan oleh Moeh. Soebroto bahwa
: kecepatan reaksi adalah kualitas yang mrmungkinkan memulai suatu jawaban
kinetis secepat mungkin setelah menerima suatu rangsang. Kecepatan reaksi
merupakan kualitas yang sangat spesifik yang terlihat melalui berbagai jalan
keanekagaraman manifestasi tersebut dapat dikelompokkan dalam 3 tingkatan :
1.
Pada tingkat rangsang, dalam suatu
persepsi tanda bersifat penglihatan, pendengaran dan perubahan.
2.
Pada tingkat pengambilan keputusan,
kerap kali perlu dipilih dalam kepenuhan aneka ragam tanda agar hanya mereaksi
pada rangsang yang tepat.
3.
Pada tingkat pengorganisasian reaksi
kinetis, diskriminasi atau pilihan perpektif biasanya disertai perlunya
penetapan pilihan diantara berbagai respons kinetis yang dibuat setelah itu.
Hal
yang sama dikemukakan oleh Suharno H.P bahwa faktor-faktor penentu khusus
kecepatan reasksi yaitu : tergantung iritabiliti dari susunan syaraf, daya
orientasi situasi yang dihadapi oleh atlet, ketajaman panca indera dalam
menerima rangsangan, kecepatan gerak dan gaya ledak otot. Kecepatan reaksi atau
daya reaksi adalah kemampuan merespons sesaat setelah stimulus yang diterima
syaraf yang berupa bunyi atau tanda lampu menyala.
Beberapa
prinsip yang perlu ditaati dalam usaha meningkatkan pengembangan kecepatan
reaksi yaitu meningkatkan pengenalan terhadap situasi prsepsi khusus dan
mengotomatisasikan semaksimal mungkin jawaban motoris yang perlu dibuat atau
sikap kinetis yang perlu dipilih dalam situasi nyata. Oleh karena itu sangat
perlu adanya metode latihan yang mengkondisikan atlet pada situasi pertandingan
yang sesungguhnya, di mana atlet dituntut melakukan gerakan secepat-cepatnya
dalam waktu yang singkat.
Dari
uraian di atas dapat dikemukakan bahwa kecepatan reaksi adalah kemampuan
individu dalam melakukan gerakan dari mulai adanya stimulus hingga berakhirnya
respons dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Maka,
kedua apit itu dituntut untuk memiliki kecepatan reaksi yang baik dalam
melakukan smash kedeng agar lawan tidak sempat mengantisipasi ke mana bola akan
diarahkan. Dengan memiliki kecepatan teknik yang baik di dukung dengan
kecepatan reaksi yang tinggi akan mempengaruhi keberhasilan dalam melakukan
smash kedeng dengan bagian luar samping kanan.
b.
Waktu Reaksi
Waktu reaksi adalah periode
diterimanya rangsang (stimuli) dengan permulaan munculnya jawaban (respon).
Semua informasi yang diterima indera baik dari dalam maupun dari luar disebut
rangsang. Indera akan mengubah informasi tersebut menjadi implus-implus saraf
dengan bahasa yang dipahami oleh otak.
Dalam banyak cabang olahraga,
khususnya permainan dan lari cepat, kemampuan seorang atlet untuk mereaksi
munculnya rangsang, seperti misalnya datangnya bola dari lawan pada permainan
tenis, suara pistol dari starter pada lari 100 meter akan mempengaruhi
penampilan. Faktor-faktor ini berhubungan dengan waktu reaksi. Berdasarkan
kepekaan indera dan kecepatan proses persarafan, waktu reaksi dibedakan atas:
waktu reaksi sederhana dan waktu reaksi kompleks (Bompa, 1990).
Waktu reaksi sederhana terjadi
ketika subjek memberikan jembatan yang spesifik terhadap rangsang yang telah
ditentukan atau diketahui sebelumnya, misalnya reaksi terhadap bunyi pistol
dalam start, menekan tombol penjawab ketika lampu rangsang menyala.
Waktu reaksi kompleks berhubungan
dengan kasus dimana subjek dihadapkan pada beberapa rangsang dan harus memilih
atau menentukan satu respon. Subjek harus mempelajari respon yang harus dibuat
ketika menjawab rangsang yang spesifik. Reaksi kompleks dilakukan dalam
permainan-permainan, misalnya tenis, voli, dan olahraga-olahraga pertandingan,
misalnya tinju atau anggar.
Dalam kegiatan olahraga ini, atlet
secara terus-menerus menerima sejumlah rangsang yang berbeda dan hau menentukan
respon yang tepat dari berbagai kemungkinan yang ada. Kecepatan pada waktu
reaksi sederhana bergantung dari ketajaman indera dan pada kecepatan perambatan
impulse saraf dari dan ke otak. Kecepatan pada waktu reaksi kompleks bergantung
pada kecepatan beriorintasi dalam situasi permainan, kepekaan indera yang
terkait, kecepatan perambatan rangsang
ke otak, waktu pusat yang berkenaan dengan persepsi dan pengambilan
keputusan, waktu penyebaran sinyal ke otot, dan waktu peripheral sebelum
bergerak.
Waktu reaksi sangat besar
peranannya pada cabang olahraga yang membutuhkan kecepatannya, misalnya dalam
olahraga tinju, karte, ski air, lari cepat, dan lebih penting lagi pada cabang
olahraga yang membutuhkan keterampilan terbuka, misalnya dalam gerakan-gerakan
bola basket, sepak bola, soft ball, tenis meja, tenis dan badminton.
3.
Bentuk
Latihan Reaksi
1.
Kondisikan diri agar selalu
tenang
Tidak hanya dalam seni beladiri,
saat anda sedang mangemudi, atau saat anda bermain badminton pun, ketenangan
serta pikiran yang jernih akan memampukan anda untuk bereaksi dengan cepat dan
tepat.
Panik, takut, ataupun terlalu
fokus justru membuat kemampuan anda untuk membaca serangan lawan ataupun
melihat peluang untuk melakukan serangan menjadi berkurang atau bahkan hilang.
Dengan tetap santai dan berpikir jernih, apapun yang dilakukan oleh lawan akan
terlihat lebih lambat, dengan begitu anda akan memiliki “lebih banyak waktu”
untuk bisa berkelit, menangkis, ataupun memanfaatkan kesempatan yang muncul
untuk melakukan serangan.
2.
Berlatih menangkap bola
Bola reaksi (reaction ball)adalah
alat yang bagus untuk melatih refleks. Bola reaksi adalah sebuah bola kecil
(tidak lebih besar dari genggaman tangan orang dewasa) yang memiliki 6 bulatan
kecil di sisinya yang kalau dilemparkan ke tembok yang rata akan memantul
dengan arah yang tidak bisa diperkirakan.
Ada dua macam latihan yang bisa
dilakukan dengan bola reaksi ini:
1.
Latihan jatuhkan dan tangkap,
latihan ini dilakukan dengan cara menjatuhkan bola ke lantai, biarkan memantul
sekali, kemudian tangkap kembali. Lakukan dengan bertahap, mulai dari setinggi
pinggang untuk kemudian terus ditambah ketinggiannya seiring degan kemajuan
latihan anda. Untuk menambah tingkat kesulitannya, anda juga bisa, melemparkan
(bukan sekedar menjatuhkan) bola tersebut ke lantai.
2.
Pantulkan ke tembok
Berdirilah dengan jarak 2-3 meter ke tembok, lemparkan bola ke tembok (cara
melemparnya adalah seperti saat anda melempar bola dalam permainan kasti),
biarkan memantul sekali, kemudian tangkaplah dengan satu atau dua tangan. Setelah
mahir, anda bisa menambah kecepatan lemparan, atau anda juga bisa melempar (dan
menangkap) bola sambil bergerak ke kiri-kanan ataupun ke depan-belakang.
3.
Melempar bola beraneka warna
Menangkap bola beraneka warna
adalah salah satu latihan yang paling menantang. Setiap warna mewakili aksi
berbeda yang harus anda lakukan. Aksi tersebut bisa berupa menangkap dengan
tangan kiri, menangkap dengan tangan kanan, menangkap dengan kedua tangan,
menghindar, memukul, menendang, atau yang lain. Misalnya kalau bola warna biru
yang dilemparkan, maka anda harus menangkapnya dengan tangan kiri; atau kalau
bola warna merah yang dilemparkan, anda hasus menghindarinya.
Berdiri dengan jarak 3-5 meter,
rekan anda akan melemparkan bola beraneka warna kearah anda satu persatu. Tugas
anda adalah secepat mugkin mengenali warna bola yang dilemparkan untuk kemudian
bereaksi dengan cara melakukan aksi yang telah ditentukan. Setelah dirasa
mahir, anda bisa memperpendek jeda lemparan bola, menambah warna dan aksi yang
harus dilakukan, atau keduanya.
4.
Kombinasi aksi/reaksi
Untuk seni beladiri yang
mengandalkan pukulan dan tendangan, latihan kombinasi aksi/reaksi ini adalah
bentuk latihan yang paling sederhana untuk meningkatkan refleks. Minta rekan
latihan anda untuk melakukan serangan apapun dan kapanpun dia mau. Momen dan
sudut serangan yang tidak bisa di duga akan melatih kita untuk melihat serangan
dan bereaksi terhadap serangan itu.
Mulai dengan meminta rekan
latihan andan menyerang kapanpun dia mau dengan satu serangan yang telah ditentukan
(memukul dengan tangan kiri, memukul dengan tangan kanan, menendang dengan kaki
kiri, atau menendang dengan kaki kanan). Setelah dirasa cukup, lakukan hal yang
sama hanya bedanya minta rekan latihan kita untuk melakukan satu jenis serangan
(pukulan misalnya) tapi boleh melakukannya dengan tangan kiri, demikian pula
dengan tendangan.
Setelah mulai mahir, minta rekan
latihan anda untuk melakukan satu serangan (memukul atau menendang) bebas
dengan tangan/kaki kanan ataupun kiri. Demikian seterusnya sampai anda terbiasa
melihat dan bereaksi terhadap serangan apapun dan kapanpun juga. Setelah itu,
minta rekan latihan anda untuk menyerang labih dari satu kali kapanpun dan
dengan kombinasi gerakan apapun.
Untuk seni beladiri yang
mengandalkan bantingan dan kuncian, prinsip yang sama juga bisa diaplikasikan.
Minta rekan latihan anda untuk menangkap andan dimanapun dia mau, dan lakukan
waza atau respon yang sesuai.
5.
Slow sparring
Inilah metode yang paling efisien
(dan juga aman) untuk megembangkan kemampuan bertarung. Walupun lambat (baik
gerakan maupu jeda antar serangan), latihan ini efektif untuk meningkatkan
kecepatan reaksi baik dalam pertandingan maupun perkelahian sebenarnya. Justru
karena lambat anda akan bisa ‘merasakan’ lawan, dan memberi anda cukup waktu
untuk berpikir dan bereaksi.
Mulai dengan melatih teknik bertahan saja, dengan
begitu anda akan bisa fokus bereaksi terhadap serangan apapun yang dilakukan
oleh rekan latihan anda. Setelah merasa cukup puas dengan reaksi dan respon
bertahan anda (menangkis ataupun mengejak), anda bisa menambahkan serangan
balik, sambil meminta rekan latihan anda untuk terus meningkatkan kecpatan
gerakannya sedikit demi sedikit.
4.
Manfaat Reaction
Jika kita
sering melatih reaksi maka kita akan mendapatkan hasil atau tingkat reaksi
terbaik dalam diri kita. Karena reaksi sangat penting dalam kehidupan kita
setiap hari saat melakukan suatu pekerjaan maka reaksi pergerakan tubuh kita
lebih maksimal atau lebih baik jika reaksi dilakukan dengan cepat. Suatu
pekerjaan akan cepat selesainya jika seseorang yang mengerjakan oleh seseorang
yang mempunyai reaksi yang cepat.
Dalam berolahraga reaksi sangat
dibutuhkan untuk pergerakan seseorang menjadi cepat. Dalam dunia olahraga orang
yang mempunyai reaksi yang baik akan sangat dicari entah untuk pertandingan
dalam salah satu bidang olahraga atau untuk melatih. Makanya sekarang di negara
negara maju dalam hal olahraga banyak melakukan tes reaksi sebelum diterima
dalam suatu pekerjaan.
5. Tes Reaction
Tes reaksi pada dasarnya dilaksanakan untuk mengetahui tingkat reaksi
seseorang dalam suatu kondisi tertentu.hal ini sangat diperlukan dalam pengembangan
prestasi. Karena akan banyak kita hadapi berbagai situasi dalam berolahraga.
Tes reaksi diantaranya adalah Whole
Body Reaction dan Speed Anticipation Reaction.
Whole Body Reaction
Jenis tes ini terdapat dua macam. Yaitu Visual dan Audiovisual.
Jika visual hanya menggunakan alat indra mata saja dalam tes ini.yaitu dengan melihat cahaya pada alat tes. Disana akan terdapat empat warna. (merah, biru, kuning, dan hijau)
Tetapi jika yang Audiovisual yaitu menggunakan mata dan telinga, karena yang akan terdapat di alat tes adalah suara dan cahaya.
Prosedur pelaksanaan tes (visual) :
o Alat on
o Orang coba berdiri pada alas tumpu yang tersedia. ( boleh rileks saja )
o Pandangan kearah sensor yang akan mengeluarkan cahaya.
o Ketika lampu menyala, orang coba secepatnya melakukan reaksi dengan membuka kedua kaki atau mengeluarkan kedua kaki dari alas tumpu tadi.
o Satuan alat ini adalah detik
o Dilakukan 3 kali, diambil hasil yang terbaik.
o Norma Whole Body Reaction
Jenis tes ini terdapat dua macam. Yaitu Visual dan Audiovisual.
Jika visual hanya menggunakan alat indra mata saja dalam tes ini.yaitu dengan melihat cahaya pada alat tes. Disana akan terdapat empat warna. (merah, biru, kuning, dan hijau)
Tetapi jika yang Audiovisual yaitu menggunakan mata dan telinga, karena yang akan terdapat di alat tes adalah suara dan cahaya.
Prosedur pelaksanaan tes (visual) :
o Alat on
o Orang coba berdiri pada alas tumpu yang tersedia. ( boleh rileks saja )
o Pandangan kearah sensor yang akan mengeluarkan cahaya.
o Ketika lampu menyala, orang coba secepatnya melakukan reaksi dengan membuka kedua kaki atau mengeluarkan kedua kaki dari alas tumpu tadi.
o Satuan alat ini adalah detik
o Dilakukan 3 kali, diambil hasil yang terbaik.
o Norma Whole Body Reaction
Kategori
Prestasi (dtk)
Istimewa 0.001 – 0.100
Bagus Sekali 0.101 – 0.200
Bagus 0.201 – 0.300
Cukup / Sedang 0.301 – 0.400
Kurang 0.401 – 0.500
Kurang Sekali 0.501 – ke atas
Istimewa 0.001 – 0.100
Bagus Sekali 0.101 – 0.200
Bagus 0.201 – 0.300
Cukup / Sedang 0.301 – 0.400
Kurang 0.401 – 0.500
Kurang Sekali 0.501 – ke atas
Speed Anticipation Reaction
Tes ini dilaksanakan untuk mengetahui antisipasi seseorang.
§ Alat on
§ Terdapat tombol start dan restart
§ Satuan alatnya Second
§ Norma
Normal 1.00- 2.00 detik
Tidak Normal 0.99 kebawah dan 2.01 keatas
§ Di dalam papan alat tes terdapat daerah momentum dan blank spot
§ Orang coba duduk di depan papan tersebut.
§ Perhatikan cahaya yang berjalan di daerah momentum
§ Dan bayangkan cahaya itu tetap berjalan pada daerah blank spot dan pencet tombol jika sudah anda bayangkan cahaya itu sudah masuk pada lingkaran.
Tes ini dilaksanakan untuk mengetahui antisipasi seseorang.
§ Alat on
§ Terdapat tombol start dan restart
§ Satuan alatnya Second
§ Norma
Normal 1.00- 2.00 detik
Tidak Normal 0.99 kebawah dan 2.01 keatas
§ Di dalam papan alat tes terdapat daerah momentum dan blank spot
§ Orang coba duduk di depan papan tersebut.
§ Perhatikan cahaya yang berjalan di daerah momentum
§ Dan bayangkan cahaya itu tetap berjalan pada daerah blank spot dan pencet tombol jika sudah anda bayangkan cahaya itu sudah masuk pada lingkaran.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Reaksi adalah
kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang timbul lewat
indera.
Menurut Treadwell (1991)
yang dikutip oleh Saifudin (1999: 1-11) kecepatan bukan hanya melibatkan
seluruh kecepatan tubuh, tetapi melibatkan waktu reaksi yang dilakukan oleh
seseorang pemain terhadap suatu stimulus.
Reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak
secepatnya dalam menghadapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera. Syaraf
atau rasa lainnya. Status kondisi fisik seseorang dapat diketahui dengan cara
penilaian bentuk tes dan kemapuan (M. Sajoto, 1995:10).
Reaksi dapat dibedakan menjadi tiga macam tingkatan yaitu
reaksi terhadap rangsangan pandang, reaksi terhadap pendengaran dan reaksi
terhadap rasa. Seorang pemain sepak bola harus mempunyai reaksi yang baik, hal
ini dimaksudkan agar pemain mampu untuk bergerak dengan cepat dalam mengelolah
bola.
Kecepatan anggota tubuh seperti lengan atau tungkai adalah
penting pula guna memberikan akselerasi kepada objek-objek eksternal seperti
sepakbola, bola basket, tenis lapangan, lempar cakram, bola voli, dan
sebagainya.
B.
Saran
Diharapkan
bagi pembaca agar dapat memberi masukan positif terhadap makalah ini supaya
kami sebagai penulis dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan terhadap makalah
kami. Kami sebagai penulis masih banyak melakukan kesalahan terhadap pembuatan
makalah ini. Kami berharap ada yang dapat diambil sebagai ilmu bagi pembaca
makalah ini. Saran anda sebagai pembaca dapat memberikan motivasi terhadap kami
agar kami dapat bersemangat untuk menulis makalah lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA
PENULIS
NAMA : NUR QOLBIANAH
NIM : 1731042048
KELAS : PENJASKESREK E 017
TTL : SELAYAR, 16 JULI 1999
ALAMAT : JL. POROS MALINO BTN NUSA TAMARUNANG BLOK G1/13
NAMA : FARID FATURRAHMAN
NIM : 1731042039
KELAS : PENJASKESREK E 017
TTL : TANETE, 24 MEI 1999
ALAMAT : DG. TATA 1 BLOK 2 NO. 11
NAMA : ARIA AZIKIN AMIR
NIM : 1731042046
KELAS : PENJASKESREK E 017
TTL : SINJAI, 28 JUNI 1998
ALAMAT : BTN TAMARUNANG INDAH 2
NAMA : ANDI FATHURAHMAN MALIK
NIM : 1731042044
KELAS : PENJASKESREK E 017
TTL : MAKASSAR, 20 AGUSTUS 1999
ALAMAT : MINASA UPA BLOK AB/13 NO. 30
NAMA : MUH. RAHMAT
NIM : 1731042042
KELAS : PENJASKESREK E 017
TTL : PANGKEP, 10 DESEMBER 1998
ALAMAT : PANGKEP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar