Teori pengolahan informasi, indera manusia dan keterampilan motorik

Kamis, 16 Mei 2019

Tes Dan Pengukuran (REAKSI) KELOMPOK 10


BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia senantiasa mendapatkan stimulus, dan dituntut selalu memberikan reaksi secepat mungkin. Untuk menguji subjek tentang kecepatan untuk menentukan respon itu digunakanlah alat ini, Reactiontimes apparatus merupakan alat untuk mengukur human reaction time, yaitu selang waktu antara pemberian reaksi kepada seorang hingga ia memberikan respon. Terdapat 2 cara dalam pengukuran ini, yaitu :

a.       Simple reaction
Time stimulus yang menuntut repon mendadak, seperti memencet tombol, menginjak pedal, dll. Selain gerak refleks, respon ini membutuhkan proses pengolaan stimulus, pengambilan keputusan, dan tindakan respon.
b.      Discriminate reaction time tipe ini memunculkan sejumlah stimulus yang ditentukan. Aspek terpenting pada discriminate reaction time ini adalah proses kognitif kecepatan reaksi subjek terhadap stimulus diukur dengan menggunakan indikasi berupa sinyal lampu merah dan hijau yang dapat dimunculkan secara acak. Disekeliling sinyal lampu merah atau hijau diberi stimulus pengganggu berupa nada bising dan lampu yang bisa dinyalakan dengan efek berputar cepat atau lambat baik searah atau berlawanan arah jarum jam.
Dalam kehidupan keseharian kita tentu sering menjumpai garis dan pengukurannya. Bagi seorang yang bergelut di bidang pengukuran, presepsi tentang panjang garis sangatlah penting, namun tak jarang persepsi tentang panjang garis Muller Lyer ini sering menggelabui indera visual orang-orang Muller Lyer Apparatus mempergerakkan ilusi klasik yaitu garis dengan arah anak panah kedalam dan keluar. Dimana anak-anak panah yang arahnya kedalam seolah-olah akan membuat garis lebih panjang dari pada anak panah yang keluar walaupun sebenarnya panjang garisnya sama.
B.   RUMUSAN MASALAH
1.      Pengertian tentang Reaction?
2.      Jenis-jenis Reaction?
3.      Bentuk latihan Reaction?
4.      Manfaat Reaction?
5.      Tes Reaction?
C.   TUJUAN
1.      Untuk menjawab secepat mungkin sesaat setelah mendapat suatu respon atau peristiwa dalam suatu waktu
2.      Indera akan mengubah informasi tersebut menjadi implus-implus saraf dengan bahasa yang dipahami oleh otak
3.      Kemampuan seorang atlet mereaksi munculnya rangsang
4.      Mengukur waktu reaksi tangan dan kaki dengan rangsangan penglihatan dan pendengaran
5.      Mengukur waktu reaksi tangan dengan rangsangan visual
D.   MANFAAT
1.      Mempercepat perambatan rangsang ke otak
2.      Mampu menanggapi rangsangan atau stimulus yang diberikan orang lain
3.      Meningkatkan reaksi terhadap rangsangan pandang
4.      Meningkatkan reaksi terhadap rangsangan pendengaran
5.      Meningkatkan reaksi terhadap rangsangan rasa


BAB II
PEMBAHASAN

1.      Definisi Reaksi (Reaction)
Reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang timbul lewat indera.
Menurut Treadwell (1991) yang dikutip oleh Saifudin (1999: 1-11) kecepatan bukan hanya melibatkan seluruh kecepatan tubuh, tetapi melibatkan waktu reaksi yang dilakukan oleh seseorang pemain terhadap suatu stimulus. Kemampuan ini membuat jarak yang lebih pendek untuk memindahkan tubuh. Kecepatan bukan hanya berarti menggerakkan seluruh tubuh dengan cepat, akan tetapi dapat pula menggerakkan anggota-anggota tubuh dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Dalam lari sprint kecepatan larinya ditentukan oleh gerakan berturut-turut dari kaki yang dilakukan secara cepat, kecepatan menendang bola ditentukan oleh singkat tidaknya tungkai dalam menempuh jarak gerak tendang.
Kecepatan anggota tubuh seperti lengan atau tungkai adalah penting pula guna memberikan akselerasi kepada objek-objek eksternal seperti sepakbola, bola basket, tenis lapangan, lempar cakram, bola voli, dan sebagainya. Kecepatan tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu strength, waktu reaksi, dan fleksibilitas (Harsono 1988: 216). Untuk melakukan  gerakan kecepatan adalah merupakan hasil dari jarak per satuan waktu (m/dt), misalnya 100 km per jam atau 120 meter per detik.
Kecepatan mengacu pada kecepatan gerakan dalam melakukan suatu keterampilan bukan hanya sekedar kecepatan lari. Menggerakkan kaki dengan cepat merupakan keterampilan fisik terpenting bagi pemain bertahan dan harus ditingkatkan kemampuan mengubah arah pada saat teakhir merupakan hal yang terpenting lainnya. Kecepatan merupakan salah satu dari komponen kondisi fisik. Menurut Mochamad Sajoto (1995: 9) kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan kesinambungan dalam waktu yang sesingkat- singkatnya.
Reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menghadapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera. Syaraf atau rasa lainnya. Status kondisi fisik seseorang dapat diketahui dengan cara penilaian bentuk tes dan kemapuan (M. Sajoto, 1995:10).
Reaksi dapat dibedakan menjadi tiga macam tingkatan yaitu reaksi terhadap rangsangan pandang, reaksi terhadap pendengaran dan reaksi terhadap rasa. Seorang pemain sepak bola harus mempunyai reaksi yang baik, hal ini dimaksudkan agar pemain mampu untuk bergerak dengan cepat dalam mengelolah bola. Biasanya reaksi sangat dibutuhkan oleh seorang penjaga gawang untuk menhalau bola dari serangan lawan, akan tetapi semua pemain dituntut juga harus mempunyai reaksi yang baik pula.
Sebelum diterjunkan ke arena pertandingan, seorang pemain sudah berada dalam kondisi dan tingkat kesegaran jasmani yang baik untuk menghadapi intensitas kerja dan tekanan-tekanan yang akan timbul dalam pertandingan.
Proses latihan kondisi dalam olahraga adalah suatu proses yang harus dilakukan dengan hati-hati, dengan sabar dan penuh kewaspadaan terhadap atlet. Melalui latihan yang berulang-ulang dilakukan, yang intensitas dan kompleksitasnya sedikit demi sedikit bertambah, lama-kelamaan seorang pemain akan berubah menjadi seorang pemain yang lincah, tearmpildan berhasil guna.
Setelah pemain tingkat kondisi yang baik untuk menghadapi musim-musim berikutnya. Latihan-latihan kondisi tersebut harus tetap dilanjutkan selama musim dekat perlombaan, meskipun tidak seintensif seperti sebelumnya. Maksudnya adalah tingkatan kondisi fisik dapat tetap dipertahankan selama musim-musim tersebut.

Faktor yang mempengaruhi reaksi antara lain :
Ø  Kesiagaan
Ø  Kesiapan untuk melakukan gerakan
Ø  Usia
Ø  Kebiasaan
Ø  Gerak itu sendiri

Contoh latihannya :
·         Menangkap bola tenis yang dilempar ke kanan dan ke kiri oleh orang lain
·         Melaksanakan perintah melalui indera pendengaran, contoh permainan perintah dengan peluit
·         Melaksanakan perintah melalui indera penglihatan, contoh permainan membentuk kelompok.


2.      Jenis-Jenis Reaction
a.       Kecepatan Reaksi
Kecepatan reaksi berasal dari kata “kecepatan” dan “reaksi”. Kecepatan merupakan sejumlah gerakan per waktu. Reaksi berarti kegiatan (aksi) yang timbul karena satu perintah atau suatu peristiwa. Dari penjabaran tersebut, maka kecepatan reaksi adalah gerakan yang dilakukan tubuh untuk menjawab secepat mungkin sesaat setelah mendapat suatu respons atau peristiwa dalam satuan waktu.
Dalam banyak cabang olahraga, kecepatan merupakan komponen fisik yang sangat penting. Kecepatan menjadi faktor penentu di cabang-cabang olahraga., kecepatan merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam suatu pertandingan. Dalam olahraga sepak takraw, kecepatan adalah hal yang mutlak diperlukan terutama dalam melakukan servis, smash dan block, seperti yang dikemukakan oleh Frank W. Dick, kecepatan dalam teori kepelatihan berarti kemampuan menggerakkan anggota badan, kaki atau lengan atau bagian statis pengumpil tubuh bahkan keseluruhan tubuh dengan kecepatan terbesar yang mampu dilakukan.
Dalam aktivitas gerakan sepaktakraw seperti smash kedeng, kecepatan tendangan merupakan hal yang sangat diperlukan agar dengan segera bola yang ditendang mengarah ke daerah terseulit pertahanan lawan. Kecepatan menurut Harsono, ialah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Secara kinesiologi, Dadang M. Mengemukakan bahwa kecepatan sebagai perubahan posisi benda pada arahnya dalam satu satun waktu. Menurut M. Sajoto, kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat dikemukakan bahwa kecepatan adalah kemampuan untuk memindahkan atau merubah posisi tubuh atau anggota tubuh dalam menempuh suatu jarak tertentu dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dengan satuan waktu. Agar seseorang bereaksi dengan cepat, kecepatan harus dirangsang gerak secepat mungkin. Kecepatan reaksi di kemukakan oleh Claude Bouchard yang dalam terjemahan oleh Moeh. Soebroto bahwa : kecepatan reaksi adalah kualitas yang mrmungkinkan memulai suatu jawaban kinetis secepat mungkin setelah menerima suatu rangsang. Kecepatan reaksi merupakan kualitas yang sangat spesifik yang terlihat melalui berbagai jalan keanekagaraman manifestasi tersebut dapat dikelompokkan dalam 3 tingkatan :
1.      Pada tingkat rangsang, dalam suatu persepsi tanda bersifat penglihatan, pendengaran dan perubahan.
2.      Pada tingkat pengambilan keputusan, kerap kali perlu dipilih dalam kepenuhan aneka ragam tanda agar hanya mereaksi pada rangsang yang tepat.
3.      Pada tingkat pengorganisasian reaksi kinetis, diskriminasi atau pilihan perpektif biasanya disertai perlunya penetapan pilihan diantara berbagai respons kinetis yang dibuat setelah itu.
Hal yang sama dikemukakan oleh Suharno H.P bahwa faktor-faktor penentu khusus kecepatan reasksi yaitu : tergantung iritabiliti dari susunan syaraf, daya orientasi situasi yang dihadapi oleh atlet, ketajaman panca indera dalam menerima rangsangan, kecepatan gerak dan gaya ledak otot. Kecepatan reaksi atau daya reaksi adalah kemampuan merespons sesaat setelah stimulus yang diterima syaraf yang berupa bunyi atau tanda lampu menyala.
Beberapa prinsip yang perlu ditaati dalam usaha meningkatkan pengembangan kecepatan reaksi yaitu meningkatkan pengenalan terhadap situasi prsepsi khusus dan mengotomatisasikan semaksimal mungkin jawaban motoris yang perlu dibuat atau sikap kinetis yang perlu dipilih dalam situasi nyata. Oleh karena itu sangat perlu adanya metode latihan yang mengkondisikan atlet pada situasi pertandingan yang sesungguhnya, di mana atlet dituntut melakukan gerakan secepat-cepatnya dalam waktu yang singkat.
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa kecepatan reaksi adalah kemampuan individu dalam melakukan gerakan dari mulai adanya stimulus hingga berakhirnya respons dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Maka, kedua apit itu dituntut untuk memiliki kecepatan reaksi yang baik dalam melakukan smash kedeng agar lawan tidak sempat mengantisipasi ke mana bola akan diarahkan. Dengan memiliki kecepatan teknik yang baik di dukung dengan kecepatan reaksi yang tinggi akan mempengaruhi keberhasilan dalam melakukan smash kedeng dengan bagian luar samping kanan.


b.      Waktu Reaksi
Waktu reaksi adalah periode diterimanya rangsang (stimuli) dengan permulaan munculnya jawaban (respon). Semua informasi yang diterima indera baik dari dalam maupun dari luar disebut rangsang. Indera akan mengubah informasi tersebut menjadi implus-implus saraf dengan bahasa yang dipahami oleh otak.
Dalam banyak cabang olahraga, khususnya permainan dan lari cepat, kemampuan seorang atlet untuk mereaksi munculnya rangsang, seperti misalnya datangnya bola dari lawan pada permainan tenis, suara pistol dari starter pada lari 100 meter akan mempengaruhi penampilan. Faktor-faktor ini berhubungan dengan waktu reaksi. Berdasarkan kepekaan indera dan kecepatan proses persarafan, waktu reaksi dibedakan atas: waktu reaksi sederhana dan waktu reaksi kompleks (Bompa, 1990).
Waktu reaksi sederhana terjadi ketika subjek memberikan jembatan yang spesifik terhadap rangsang yang telah ditentukan atau diketahui sebelumnya, misalnya reaksi terhadap bunyi pistol dalam start, menekan tombol penjawab ketika lampu rangsang menyala.
Waktu reaksi kompleks berhubungan dengan kasus dimana subjek dihadapkan pada beberapa rangsang dan harus memilih atau menentukan satu respon. Subjek harus mempelajari respon yang harus dibuat ketika menjawab rangsang yang spesifik. Reaksi kompleks dilakukan dalam permainan-permainan, misalnya tenis, voli, dan olahraga-olahraga pertandingan, misalnya tinju atau anggar.
Dalam kegiatan olahraga ini, atlet secara terus-menerus menerima sejumlah rangsang yang berbeda dan hau menentukan respon yang tepat dari berbagai kemungkinan yang ada. Kecepatan pada waktu reaksi sederhana bergantung dari ketajaman indera dan pada kecepatan perambatan impulse saraf dari dan ke otak. Kecepatan pada waktu reaksi kompleks bergantung pada kecepatan beriorintasi dalam situasi permainan, kepekaan indera yang terkait, kecepatan perambatan rangsang  ke otak, waktu pusat yang berkenaan dengan persepsi dan pengambilan keputusan, waktu penyebaran sinyal ke otot, dan waktu peripheral sebelum bergerak.
Waktu reaksi sangat besar peranannya pada cabang olahraga yang membutuhkan kecepatannya, misalnya dalam olahraga tinju, karte, ski air, lari cepat, dan lebih penting lagi pada cabang olahraga yang membutuhkan keterampilan terbuka, misalnya dalam gerakan-gerakan bola basket, sepak bola, soft ball, tenis meja, tenis dan badminton.

3.      Bentuk Latihan Reaksi
1.      Kondisikan diri agar selalu tenang
Tidak hanya dalam seni beladiri, saat anda sedang mangemudi, atau saat anda bermain badminton pun, ketenangan serta pikiran yang jernih akan memampukan anda untuk bereaksi dengan cepat dan tepat.
Panik, takut, ataupun terlalu fokus justru membuat kemampuan anda untuk membaca serangan lawan ataupun melihat peluang untuk melakukan serangan menjadi berkurang atau bahkan hilang. Dengan tetap santai dan berpikir jernih, apapun yang dilakukan oleh lawan akan terlihat lebih lambat, dengan begitu anda akan memiliki “lebih banyak waktu” untuk bisa berkelit, menangkis, ataupun memanfaatkan kesempatan yang muncul untuk melakukan serangan.
2.      Berlatih menangkap bola
Bola reaksi (reaction ball)adalah alat yang bagus untuk melatih refleks. Bola reaksi adalah sebuah bola kecil (tidak lebih besar dari genggaman tangan orang dewasa) yang memiliki 6 bulatan kecil di sisinya yang kalau dilemparkan ke tembok yang rata akan memantul dengan arah yang tidak bisa diperkirakan.
Ada dua macam latihan yang bisa dilakukan dengan bola reaksi ini:
1.      Latihan jatuhkan dan tangkap, latihan ini dilakukan dengan cara menjatuhkan bola ke lantai, biarkan memantul sekali, kemudian tangkap kembali. Lakukan dengan bertahap, mulai dari setinggi pinggang untuk kemudian terus ditambah ketinggiannya seiring degan kemajuan latihan anda. Untuk menambah tingkat kesulitannya, anda juga bisa, melemparkan (bukan sekedar menjatuhkan) bola tersebut ke lantai.
2.      Pantulkan ke tembok
Berdirilah dengan jarak 2-3 meter ke tembok, lemparkan bola ke tembok (cara melemparnya adalah seperti saat anda melempar bola dalam permainan kasti), biarkan memantul sekali, kemudian tangkaplah dengan satu atau dua tangan. Setelah mahir, anda bisa menambah kecepatan lemparan, atau anda juga bisa melempar (dan menangkap) bola sambil bergerak ke kiri-kanan ataupun ke depan-belakang.
3.         Melempar bola beraneka warna
Menangkap bola beraneka warna adalah salah satu latihan yang paling menantang. Setiap warna mewakili aksi berbeda yang harus anda lakukan. Aksi tersebut bisa berupa menangkap dengan tangan kiri, menangkap dengan tangan kanan, menangkap dengan kedua tangan, menghindar, memukul, menendang, atau yang lain. Misalnya kalau bola warna biru yang dilemparkan, maka anda harus menangkapnya dengan tangan kiri; atau kalau bola warna merah yang dilemparkan, anda hasus menghindarinya.
Berdiri dengan jarak 3-5 meter, rekan anda akan melemparkan bola beraneka warna kearah anda satu persatu. Tugas anda adalah secepat mugkin mengenali warna bola yang dilemparkan untuk kemudian bereaksi dengan cara melakukan aksi yang telah ditentukan. Setelah dirasa mahir, anda bisa memperpendek jeda lemparan bola, menambah warna dan aksi yang harus dilakukan, atau keduanya.


4.         Kombinasi aksi/reaksi
Untuk seni beladiri yang mengandalkan pukulan dan tendangan, latihan kombinasi aksi/reaksi ini adalah bentuk latihan yang paling sederhana untuk meningkatkan refleks. Minta rekan latihan anda untuk melakukan serangan apapun dan kapanpun dia mau. Momen dan sudut serangan yang tidak bisa di duga akan melatih kita untuk melihat serangan dan bereaksi terhadap serangan itu.
Mulai dengan meminta rekan latihan andan menyerang kapanpun dia mau dengan satu serangan yang telah ditentukan (memukul dengan tangan kiri, memukul dengan tangan kanan, menendang dengan kaki kiri, atau menendang dengan kaki kanan). Setelah dirasa cukup, lakukan hal yang sama hanya bedanya minta rekan latihan kita untuk melakukan satu jenis serangan (pukulan misalnya) tapi boleh melakukannya dengan tangan kiri, demikian pula dengan tendangan.
Setelah mulai mahir, minta rekan latihan anda untuk melakukan satu serangan (memukul atau menendang) bebas dengan tangan/kaki kanan ataupun kiri. Demikian seterusnya sampai anda terbiasa melihat dan bereaksi terhadap serangan apapun dan kapanpun juga. Setelah itu, minta rekan latihan anda untuk menyerang labih dari satu kali kapanpun dan dengan kombinasi gerakan apapun.
Untuk seni beladiri yang mengandalkan bantingan dan kuncian, prinsip yang sama juga bisa diaplikasikan. Minta rekan latihan anda untuk menangkap andan dimanapun dia mau, dan lakukan waza atau respon yang sesuai.
5.         Slow sparring
Inilah metode yang paling efisien (dan juga aman) untuk megembangkan kemampuan bertarung. Walupun lambat (baik gerakan maupu jeda antar serangan), latihan ini efektif untuk meningkatkan kecepatan reaksi baik dalam pertandingan maupun perkelahian sebenarnya. Justru karena lambat anda akan bisa ‘merasakan’ lawan, dan memberi anda cukup waktu untuk berpikir dan bereaksi.
Mulai dengan melatih teknik bertahan saja, dengan begitu anda akan bisa fokus bereaksi terhadap serangan apapun yang dilakukan oleh rekan latihan anda. Setelah merasa cukup puas dengan reaksi dan respon bertahan anda (menangkis ataupun mengejak), anda bisa menambahkan serangan balik, sambil meminta rekan latihan anda untuk terus meningkatkan kecpatan gerakannya sedikit demi sedikit.


4.    Manfaat Reaction
Jika kita sering melatih reaksi maka kita akan mendapatkan hasil atau tingkat reaksi terbaik dalam diri kita. Karena reaksi sangat penting dalam kehidupan kita setiap hari saat melakukan suatu pekerjaan maka reaksi pergerakan tubuh kita lebih maksimal atau lebih baik jika reaksi dilakukan dengan cepat. Suatu pekerjaan akan cepat selesainya jika seseorang yang mengerjakan oleh seseorang yang mempunyai reaksi yang cepat.
      Dalam berolahraga reaksi sangat dibutuhkan untuk pergerakan seseorang menjadi cepat. Dalam dunia olahraga orang yang mempunyai reaksi yang baik akan sangat dicari entah untuk pertandingan dalam salah satu bidang olahraga atau untuk melatih. Makanya sekarang di negara negara maju dalam hal olahraga banyak melakukan tes reaksi sebelum diterima dalam suatu pekerjaan.

5.    Tes Reaction
     Tes reaksi pada dasarnya dilaksanakan untuk mengetahui tingkat reaksi seseorang dalam suatu kondisi tertentu.hal ini sangat diperlukan dalam pengembangan prestasi. Karena akan banyak kita hadapi berbagai situasi dalam berolahraga.
Tes reaksi diantaranya adalah Whole Body Reaction dan Speed Anticipation Reaction.

Whole Body Reaction
Jenis tes ini terdapat dua macam. Yaitu Visual dan Audiovisual.
Jika visual hanya menggunakan alat indra mata saja dalam tes ini.yaitu dengan melihat cahaya pada alat tes. Disana akan terdapat empat warna. (merah, biru, kuning, dan hijau)
    Tetapi jika yang Audiovisual yaitu menggunakan mata dan telinga, karena yang akan terdapat di alat tes adalah suara dan cahaya.
Prosedur pelaksanaan tes (visual) :
o Alat on
o Orang coba berdiri pada alas tumpu yang tersedia. ( boleh rileks saja )
o Pandangan kearah sensor yang akan mengeluarkan cahaya.
o Ketika lampu menyala, orang coba secepatnya melakukan reaksi dengan membuka kedua kaki atau mengeluarkan kedua kaki dari alas tumpu tadi.
o Satuan alat ini adalah detik
o Dilakukan 3 kali, diambil hasil yang terbaik.
o Norma Whole Body Reaction


Kategori Prestasi (dtk)
Istimewa 0.001 – 0.100
Bagus Sekali 0.101 – 0.200
Bagus 0.201 – 0.300
Cukup / Sedang 0.301 – 0.400
Kurang 0.401 – 0.500
Kurang Sekali 0.501 – ke atas
 

Speed Anticipation Reaction
Tes ini dilaksanakan untuk mengetahui antisipasi seseorang.
§ Alat on
§ Terdapat tombol start dan restart
§ Satuan alatnya Second
§ Norma
Normal 1.00- 2.00 detik
Tidak Normal 0.99 kebawah dan 2.01 keatas
§ Di dalam papan alat tes terdapat daerah momentum dan blank spot
§ Orang coba duduk di depan papan tersebut.
§ Perhatikan cahaya yang berjalan di daerah momentum
§ Dan bayangkan cahaya itu tetap berjalan pada daerah blank spot dan pencet tombol jika sudah anda bayangkan cahaya itu sudah masuk pada lingkaran.



BAB III
PENUTUP
A.       Kesimpulan
Reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak         secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang timbul lewat indera.
Menurut Treadwell (1991) yang dikutip oleh Saifudin (1999: 1-11) kecepatan bukan hanya melibatkan seluruh kecepatan tubuh, tetapi melibatkan waktu reaksi yang dilakukan oleh seseorang pemain terhadap suatu stimulus.
Reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menghadapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera. Syaraf atau rasa lainnya. Status kondisi fisik seseorang dapat diketahui dengan cara penilaian bentuk tes dan kemapuan (M. Sajoto, 1995:10).
Reaksi dapat dibedakan menjadi tiga macam tingkatan yaitu reaksi terhadap rangsangan pandang, reaksi terhadap pendengaran dan reaksi terhadap rasa. Seorang pemain sepak bola harus mempunyai reaksi yang baik, hal ini dimaksudkan agar pemain mampu untuk bergerak dengan cepat dalam mengelolah bola.
Kecepatan anggota tubuh seperti lengan atau tungkai adalah penting pula guna memberikan akselerasi kepada objek-objek eksternal seperti sepakbola, bola basket, tenis lapangan, lempar cakram, bola voli, dan sebagainya.

B.     Saran
Diharapkan bagi pembaca agar dapat memberi masukan positif terhadap makalah ini supaya kami sebagai penulis dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan terhadap makalah kami. Kami sebagai penulis masih banyak melakukan kesalahan terhadap pembuatan makalah ini. Kami berharap ada yang dapat diambil sebagai ilmu bagi pembaca makalah ini. Saran anda sebagai pembaca dapat memberikan motivasi terhadap kami agar kami dapat bersemangat untuk menulis makalah lainnya.


DAFTAR PUSTAKA



BIODATA PENULIS
DSC_0696.JPG
            NAMA : NUR QOLBIANAH
            NIM : 1731042048
            KELAS : PENJASKESREK E 017
            TTL : SELAYAR, 16 JULI 1999
ALAMAT : JL. POROS MALINO BTN NUSA TAMARUNANG BLOK G1/13
IMG-20190224-WA0016.jpg
NAMA : FARID FATURRAHMAN
NIM : 1731042039
KELAS : PENJASKESREK E 017
TTL : TANETE, 24 MEI 1999
ALAMAT : DG. TATA 1 BLOK 2  NO. 11


IMG-20190224-WA0017.jpg
NAMA : ARIA AZIKIN AMIR
NIM : 1731042046
KELAS : PENJASKESREK E 017
TTL : SINJAI, 28 JUNI 1998
ALAMAT : BTN TAMARUNANG INDAH 2
IMG-20190224-WA0015.jpg
NAMA : ANDI FATHURAHMAN MALIK
NIM : 1731042044
KELAS : PENJASKESREK E 017
TTL : MAKASSAR, 20 AGUSTUS 1999
ALAMAT : MINASA UPA BLOK AB/13 NO. 30



IMG-20190224-WA0020.jpg
NAMA : MUH. RAHMAT
NIM : 1731042042
KELAS : PENJASKESREK E 017
TTL : PANGKEP, 10 DESEMBER 1998
ALAMAT : PANGKEP


Tidak ada komentar:

Posting Komentar